Sekolah Lapangan Kopi : Melangkah Menuju Kesejahteraan

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah penghasil Kopi di Indonesia. Budidaya Kopi telah dilakukan oleh petani secara turun temurun di beberapa daerah seperti Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Solok Selatan. Kabupaten Solok Selatan sendiri pada tahun 2021 memiliki luas lahan sekitar 4583 Ha yang dikuasai oleh 3310 KK. Sebanyak 2794 KK merupakan petani kopi robusta dan 516 KK merupakan petani Kopi Arabika. Jumlah produksi kopi di Solok Selatan tahun 2021 mencapai angka 2.922,7 ton. Saat ini, Kabupaten Solok Selatan dikenal sebagai daerah utama penghasil kopi di Sumatera Barat.

Label sebagai pusat penghasil kopi di Sumatera Barat tidak serta merta menjadikan petani kopi di Solok Selatan Sejahtera dan Bahagia. Setiap hari, petani kopi masih khawatir. Mereka takut tidak bisa memberi jajan anak, takut jika anak-anak putus sekolah. Peristiwa covid 19 (2020) terus membayangi petani, disaat panen raya, kopi-kopi petani tidak bisa dijual, jika ada yang membeli, harganya sangat tidak wajar (Rp. 4.000/kg), itupun uangnya tidak bisa langsung diterima. Petani masih belum bisa lepas dari jerat sistem ekonomi konvensional, dimana ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimiawi menambah kesulitan petani. Terlebih harga-harga pupuk dan pestisida kimiawi mahal. Meskipun hari ini, harga kopi mulai membaik, namun kebutuhan pokok jauh meningkat (cabe,bawang, minyak goreng dll). Produksi kopi juga dalam ancaman berbagai hama dan penyakit.

Sekolah lapang kopi Melangkah menuju kesejahteraan (1)

Mencermati situasi tersebut, WALHI Sumatera Barat menginisiasi sekolah lapangan (SL) kopi untuk petani kopi di Solok Selatan. SL Kopi pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2022 bertempat di pondok belajar pangan berkelanjutan, Lubuk Gadang Solok Selatan. Tujuan utama dari SL Kopi ini adalah untuk mengurai berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh petani kopi, sekaligus menemukenali berbagai strategi dan solusi untuk kedaulatan ekonomi petani kopi. Sudah saatnya petani kopi menjadi manager di lahannya sendiri. Melalui SL kopi, petani kopi saling menguatkan untuk petani kopi yang bahagia dan sejahtera. SL kopi I diikuti oleh 22 orang petani yang berasal dari berbagai perwakilan kelompok tani di Nagari Lubuk Gadang. Sekolah Lapangan ini menghadirkan Uslaini (Kadiv Perlindungan dan Pengembangan WKR Eksekutif Nasional WALHI), Aang Kurniawan (PPL Nagari Lubuk Gadang), serta Marsudi (Penyuluh Swadaya di Kabupaten Solok Selatan) sebagai narasumber.

Menurut Winda Dalmi Susanti, Manager Divisi Pendidikan dan Kaderisasi WALHI Sumatera Barat Sekolah Lapangan Kopi ini dilakukan untuk menggali potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh petani kopi selama ini dan kemudian menemukan solusi dan strategi untuk menjawab berbagai permasalahan yang dialami. SL kopi pertama ini telah berhasil menghimpun berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi petani, diantaranya kurangnya pengetahuan tentang menciptakan bibit unggul secara mandiri, pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit, serta akses pasar yang stabil. Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan tantangan yang dihadapi oleh petani, maka orientasi dan kurikulum SL ke depan akan berfokus menjawab masalah dan tantangan dengan berbagai inovasi solusi dan strategi.

2

Wengki Purwanto selaku Direktur Eksekutif WALHI Sumatera Barat mengatakan bahwa Sekolah Lapangan ini adalah wadah bagi petani dan kita semua untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, mengenali masalah yang dialami, menganalisa penyebab dan menemukan solusi. Kami percaya, petani sebenarnya memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang luar biasa. Namun, sistem ekonomi yang mengkapitalisasi pertanian menyebabkan sistem pertanian bergantung pada modal besar. Skenario ekspansi bisnis kapitalis, telah menyebabkan petani bergantung pada pupuk dan pestisida kimiawi, saat ini mereka telah berhasil merusak sistem pertanian yang bertumpu pada kearifan lokal dan keberlanjutan. Selama kita tidak bisa lepas dari sistem pertanian kapitalis tersebut, maka selama itu petani tetap tidak akan menjadi tuan di tanah dan negerinya sendiri. WALHI Sumatera Barat berpandangan, tidak ada acara lain, selain bergandengan tangan, berjuang secara kolektif. kerjasama berbagai pihak diperlukan guna menjawab tantangan yang dihadapi, bersama petani WALHI Sumatera Barat akan terus bersinergi dengan berbagai pihak, baik dengan tokoh-tokoh pertanian organik, termasuk dengan pemerintah daerah, bergerak bersama menuju petani sejahtera dengan pengelolaan lahan secara lestari.