Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) yang jatuh pada setiap tanggal 05 Juni, adalah momentum refleksi seluruh dunia tentang pentingya mengambil peran dalam aksi kolektif bersama-sama untuk mencapai tujuan keadilan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan. Banyak persoalan di Sumatera Barat, baik di sektor Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, Isu Pesisir, Perkotaan dan Sampah.
Sebelumnya, WALHI Sumbar melakukan penelitian sampah khususnya mikroplastik di beberapa sungai di Kota Padang. Hasil Analisis menunjukkan bahwa beberapa parameter kualitas air di Sungai Batang Arau telah melewati baku mutu, diantaranya adalah Phospat 0,45 ppm yang telah melampaui hingga 300% dari baku mutu, Klorin Bebas 0,1 ppm diantaranya adalah Phospat 0,45 ppm yang telah melampaui hingga 300% dari baku mutu, dan Besi 0,39 ppm. Selain itu juga ditemukan 410 mikroplastik dalam 100 liter air yang diambil di Batang Arau.
Selanjutnya, WALHI Sumbar mencatat trend bencana ekologis yang semakin meningkat tiap tahunnya. Bencana ekologis ini terjadi akibat menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang disebabkan oleh alih fungsi dan pembukaan kawasan hutan, kerusakan daerah aliran sungai dan hilangnya daerah resapan air baik di hulu ataupun dihilir. Peningkatan curah hujan yang tidak bisa kita lepaskan dari dampak perubahan iklim juga memperburuk situasi dan memicu bencana yang lebih besar.Jenis bencana ekologis yang terjadi adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor serta abrasi pantai.
Hari ini, 5 Juni 2022 WALHI Sumbar melakukan aksi kolaborasi bersama pegiat lingkungan hidup di Sumatera Barat antara lain sebagai bentuk kekhawatiran terhadap persoalan lingkungan hidup di Sumatera Barat. Kegiatan ini dihadiri sebanyak 30 orang di antaranya ada dari teman-teman Mahasiswa Fakultas Kehutanan Muhammadiyah Sumatera Barat, Perkumpulan Qbar, YCM-Mentawai, Mapala Alpichanameru, Ari dari extinction rebellion, Mahasiswa pendidikan Sosiologi UNP dan teman-teman jurnalis.
Kegiatan pertama adalah WALHI Sumatera Barat melakukan aksi kampanye kreatif lingkungan hidup dengan melakukan aksi bersih di sekitaran lokasi dan pembentangan spanduk terkait masalah Lingkungan Hidup di Sumatera Barat. Baik pengelolaan pesisir, sampah, krisis iklim, kebencanaan.
Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat tidak terlepas dari lemahnya keberpihakan kebijakan pemerintah dalam konteks pengelolaan sumber daya alam dan mengabaikan ruang ruang hidup masyarakat. Eksploitasi yang mengarah kepada kerusakan lingkungan hidup, mengakibatkan rentetan bencana ekologis sepanjang tahun. Seperti banjir, longsor, kebakaran hutan dan lahan, pencemaran air dan sungai, rusaknya daerah aliran sungai, perubahan fungsi kawasan dan hilangnya wilayah tangkapan air, dan konflik sumber daya alam.
Melalui momentum peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia yang diperingati pada tanggal 5 Juni setiap tahunnya, WALHI Sumbar mengajak seluruh elemen masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Mulai dari berpikir kritis, bertindak ramah terhadap lingkungan, serta bersama–sama mewujudkan keadilan ekologis dan memastikan pengakuan dan perlindungan wilayah kelola rakyat dari ancaman penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak pada lingkungan yang pada akhirnya menyengsarakan kita.
Amanat UUD 1945 Pasal 28H Ayat 1 berbunyi: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
kegiatan selanjutnya pembagian komposter kepada ibu-ibu PKK di Sekretariat WALHI Sumatera Barat. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat dapat membantu mengurangi beban Lingkungan dengan mengolah sampah dari sumber nya. Komposter ini adalah salah satu wadah untuk menyetop agar limbah organik khususnya yang berasal dari rumah tangga, tidak berakhir di TPA, namun bisa diolah menjadi barang bernilai yaitu kompos dan pakan ternak seperti Maggot. Di Kota Padang sampah menjadi masalah utama karena produksi yang mencapai sekitar 640 ton per hari. Apabila tidak ada upaya pengurangan sampah dari sumbernya tersebut, TPA Aia dingin yang akan overload di Tahun 2023.
Pembagian komposter dilakukan di Sekretariat WALHI Sumatera Barat dan dibagikan ke 14 KK. harapannya hal yang kecil ini dapat direplikasi di kelurahan lain dalam rangka mengurangi sampah yang berakhir di TPA Aia Dingin.